Rabu, 11 Mei 2011

dan... Orang tua lah yg slalu berjasa

Aku mahasiswa yang patut bersyukur. Allah memberikan berjuta kenikmatan padaku... Bersyukur aku bisa bersekolah, menuntut ilmu di fakultas kedokteran, yang hampir semua orang menginginkannya.... Kalau menurutku,,, ini semua bukan perjuanganku... ini adalah perjuangan kedua orang tuaku,,, bapak,, ibu,,, yang membawaku sampai di sini...
Jika semua temanku bisa membanggakan harta kekayaan orang tuanya.... maka aku begitu membanggakan pekerjaan 'Bapak'.. Bapak.. hanya seorang Petani... bukan hanya, mungkin kurang tepat.. Beliau adalah seorang Petani... Petani yang bekerja pagi hingga sore, nyelengi uang tiap hari untuk biaya anaknya sekolah di kedokteran... sekali lagi aku bangga..
Alhamdulillah.... tidak sombong... tp lumayan banyak temanku yang bilang begini... " kamu mah sante aja... wong udah pinter"/// Sebenarnya bukan aku yang pinter kawan, itu orang tuaku,,, beliau lah yang bisa membuatku seperti ini... mendidik, memberi stimulasi, melatih, merangsang, dan menempa aku agar bisa seperti saat ini... dan sekali lagi aku bangga padanya.
Dan... disinilah juga... kekurangajaran dan kebrengsekanku sebagai seorang anak....
memang, seharusnya sebagai mahasiswa apalagi kedokteran dan apalagi tinggal di komplek V, tidak ada bagi kami "kegiatan yang menyenangkan" semuanya "menyedihkan dan menyengsarakan"... bayangkan... dari mulai bangun pagi, jamaah subuh, belajar, buka laptop, baca buku, kuliah, praktikum, tutorial, skill lab,  pulang... jamaah lagi, ngaji, jamaah lagi, nderes Quran... belajar lagi, baca buku lagi, buka laptop lagi, dan yang lain-lain lagi...
Tapi terkadang, dengan alasan jenuh dan butuh refreshing, seenaknya saja aku membuang uanguntuk suatu hal yang seharusnya dapat kuminimalisir untuk dilakukan... Nonton bioskop, makan-makan, jalan2... shoping-shoping.... meskipun bagi anak kedokteran itu hal yg biasa dan wajib ain.. tp menyesakkan dada rasanya ketika kembali ke pondok, dan menatap foto kedua orang tua, dan ingat apa yg baru saja aku lakukan,,, sementara ibu dan bapak pontang-panting untuk biaya hidupku di sini. dan aku bilang bahwa Jogja memang NEVER ENDING.... NEVER ENDING.... CRY, for me...

Untuk anaknya yang kurangajarpun, betapa sayangnya ibu padaku... aku memang jarang pulang, dan kalau sudah begitu,,, pura-puralah aku sakit... dan menunguu ibu ngendika "Kamu pengen ditiliki??? (bhs.brebes)", dan inilah lagi satu perjuangan ibuku membahagiakan putrinya,,, agar semangat dan keinginan putrinya untuk menuntut ilmu dan bermanfaat bagi orang lain serta untuk kebahagiaan tetap terpatri dalam hatinya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar